Minggu, 15 Maret 2015



Teater rakyat  tradisional (longser)
Di jawa barat terdapat banyak sekali budaya yang lahir di tatar sunda ini, terdapat kurang lebih dari 300 jenis kesenian yang terdapat pada masyarakat. Namun dengan seiringnya waktu berjalan dan kemajuan IPTEK sebab masyarakat jawa barat umumnya lebih mudah menerima datangnya pengaruh  budaya luar sehingga budaya yang telah lama di kembangkan hilang dengan sendirinya. Pengaruh budaya luar yang saat ini menjadi hal yang hangat di bicarakan oleh para seniman dan budayawan jawa barat yang berusaha untuk menghidupkan kembali kesenian khas jawa barat. Waktu yang terus berjalan membuat kesenian yang ada di jawa barat satu persatu mulai berguguran bahkan sampai punah dan tidak bisa di hidupkan kembali karena tidak adanya  penerus yang bisa meneruskan warisan nene moyang dalam hal melestarikan kesenian jawa barat yang dulu banyak di pentaskan di tengah masyarakat jawa barat khususnya.
Sekarang kurang lebih terdapat 34 jenis kesenian yang masih utuh dan terpelihara oleh para seniman yang ada, salah satunya yaitu teater rakyat jawa barat bisa disebut  Longsér, teater rakyat jawa barat atau longsér lebih di gemari oleh semua kalangan baik dari anak-anak sampe orang dewasa. Kesenian ini sangat bisa dirasakan oleh siapapun tidak terkecuali masyarakat kaum bawah atau pun kalangan atas. Selain longsér di jawa barat pun terdapat beberapa jenis teater tradisional lainya, seperti uyeg dari sukabumi, ubrug dari banten, matres dari cirebon. Tiap jenis kesenian tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri karena dengan faktor letak geografis serta pengaruh kebudayaan yang berbeda seperti di cirebon mungkin kita mengetahui akan terasa lekatnya pengaruh jawa cirebonan, walaupun berbeda namu kita mesti melestarikan apa yang masih ada di dunia ini khususnya di jawa barat agar kita bisa merasakan kebudayaan leluhur kita yang telah susah payah membuat jenis kesenian yang sangat bisa di rasakan oleh semua kalangan.
Jika di lihat secara seksama seni longsér hampir sama dengan srimulat atau lenong betawi, namun yang di bedakan yakni cara komunikasi seorang aktor longsér memakai bahasa sunda untuk alat percakapan atau berkomunikasi kepada penonton yang hadir. Keunikan lainya dalam seni longsér kita dapat melihat penari ronggeng yang merangkap menjadi seorang penyanyi yang mampu memikat atau menarik perhatian penonton. Lagu-lagu yang biasa diiringi yakni lagu ketuk tilu biasanya. Tidak ada yang tahu jelas sejak kapan longsér ada di tatar sunda, tak ada yang tahu juga definisi longsér yang sebenarnya ada pula pula yang beraggapan bahwa longsér itu terdiri dari dua suku kata yakni “long” (memandang) dan “sér” ( suatu hasrat) mungkin sampai saat ini belum ada yang mengetahui pasti apa definisi longsér yang sebenarnya.
Bentuk pagelaran longsér tidak jauh beda seperti lenong betawi dalam longser pun terdapat nayaga( pengiring musik), aktor (pelawak) dan ronggeng ( penari yang merangkap menjadi penyanyi), daya tarik yang di perlihatkan oleh ronggeng membuat modal utama untuk menarik banyak penonton yang hadir di arena pertunjukan. Biasanya pertunjukan seni longsér yang diadakan tidak pernah di gedung pertunjukan yang megah serta di tata sedemikian rupa namun pertunjukan longsér biasanya diadakan di alun-alun, pinggir jalan bahkan di lapangan.
Menelusuri sejarah longser tidak lepas dengan peran sertanya bang tilil nama asli akil. Bang tilil merasakan kejaayaan longser saat itu lahir sejak tahun 1920-1960. Banyak sekali grup seni longser yang di buat oleh bang tilil namun di pimpin oleh ateng japar salah satu orang yang meneruskan seni longser berguru kepada bang tilil. Mungkin pada masa jayaanya mereka bersikeras untuk tetap menghidupkan teater tradisional seni longser. Sampai saat ini genre longser kebanyakan berpedoman kepada ateng japar dengan gaya khas dia melawak didepan para penonton yang menyaksikan.
Akhir-akhir ini seni longser mulai di kembangkan kembali dengan bertujuan agar seni longser terus ada sampai kapanpun kesenian tradisional longser ini sebenarnya hampir punah namun di tangan para seniman kota Bandung di kelola dengan baik bahkan mereka membuat sanggar sendiri yaitu bandoengmooi mereka bersihkeras untuk terus mengenalkan seni longser dihadapan para masyarakat yang saat ini mulai acuh terhadap kesenian yang ada. Pada longser ada pula hal-hal yang tidak boleh di lewatkan saat pentas yaitu adanya sebuah cempor untuk pertanda bahwa pertunjukan longser akan di mulai. Serta terkadang para penonton yang menyaksikan terkadang melemparkan uang terhadap para pemain longser.
Gelak tawa yang akan selalu ada sampai kapanpun akan terus di kembangkan oleh seni longser yang tak akan punah sampai kapanpun. Kesenian rakyat yang sangat indah ini mesti di jaga dan terus jaya karena para pendahulu yang bisa membuat kesenian longser ini menjadi terus berkembang dan bersaing dengan budaya luar.
                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar